Sejak pertama kali Columbia diluncurkan pada tahun 1981, pesawat ulang alik menjadi satu-satunya wahana untuk  mengantarkan manusia ke luar angkasa.  Pesawat ini dapat dikendarai manusia dan kargo ke luar angkasa (bukan sekadar sub-orbital), dan mengantarkannya lagi ke Bumi. Pesawat ulang alik yang pernah dibuat kemudian adalah Discovery (1983), Challenger (1983, meledak  pada tahun 1986), Atlantis (1985), dan Endeavour (1991 menggantikan Challenger). Semuanya dioperasikan oleh NASA (National Aeronautich and Space Administration) Amerika. Columbia sendiri pecah dan meledak saat memasuki atmosfer Bumi pada tahun 2005. Sejak itu Presiden George W. Bush memerintahkan agar armada pesawat ulang alik ini dimuseumkan pada tahun 2010. Kenyataannya, bahkan nyaris tidak digunakan lagi sampai sekarang.
Akhir Februari 2011 ini, Discovery menjalani misi terakhirnya sebelum akhirnya dikandangkan. Ketiga pesawat ulang alik lainnya akan dimuseumkan pada tahun 2012. Pertanyaannya, dengan tidak adanya pesawat ulang alik,apakah misi umat manusia ke luar angkasa harus terhenti? Sebagai catatatan, membuat pesawat ini tidak mudah. Pesawat ulang alik (misalnya Columbia) harus memiliki kecepatan 5.000 km/jam saat meninggalkan Bumi (sehingga harus  dibantu roket pendorong) dengan membawa beban berton-ton hingga mencapai 1.500-2.000 km di atas Bumi.

Perusahaan Inggris, Reaction Engines Ltd, ternyata saat ini telah mempersiapkan pesawat ulang alik generasi terbaru yang jauh lebih aman dan murah ketimbang armada pesawat ulang alik Amerika. Pesawat ini dinamai Skylon. Pesawat ini akan mampu lepas landas dan mendarat seperti pesawat konvensional di lapangan terbang biasa sehingga biaya misi ke luar angkasa menjadi lebih murah.  Bandingkan dengan pesawat-pesawat ulang alik NASA yang membutuhkan roket pendorong tambahan untuk mencapai kecepatan orbit, serta harus diluncurkan dari tempat khusus.
Salah satu kunci keberhasilan Skylon, seperti diungkapkan kepada CNN oleh Mark Hempsell, Direktur Program Reaction Engines Ltd, adalah mesin SABRE (Synergistic Air-Breathing Rocket Engine) di kedua sisi Skylon. Didesain oleh Alan Bond (Managing Director Reaction Engine Ltd), SABRE dapat memulai pembakaran dengan campuran Hidrogen dan udara sehingga pesawat dapat mencapai kecepatan 5,4 Mach (57.348 km/jam). Namun pada ketinggian 26 km di atas Bumi, saat kandungan udara menipis, SABRE mengubah pasokan mesin menjadi campuran Hidrogen-Oksigen cair. Teknologi SABRE merupakan teknologi paling mutakhir di dunia saat ini.

Dengan memiliki panjang tak lebih dari 90 meter, Skylon dirancang  mampu membawa beban lebih dari 12 ton sehingga cocok untuk misi-misi manusia ke luar angkasa. Bentuknya pun futuristik serta aerodinamis .  Menurut Hempsell, meskipun saat ini Skylon dirancang sebagai pesawat tanpa awak (unmanned), salah satu tujuan utama  pesawat ini adalah membawa manusia, satelit, dan barang-barang untuk penelitian ke ISS (International Space Station, satu-satunya stasiun luar angkasa Bumi ). Namun, pesawat ini juga dirancang untuk mampu untuk terbang ke Bulan dan Mars.
Salah satu hambatannya adalah teknologi ini membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Meskipun pada tahun 2009 proposal proyek ini mendapat dana hibah sebesar 1 juta Euro (sekitar 1,9 juta USD atau Rp16,5 milyar) dari ESA (European Space Agency, lembaga penerbangan milik konsorsium negara-negara dan perusahaan di Eropa), namun dan itu masih sangat jauh dari cukup. Pengembangan pesawat ini membutuhkan dana sekitar 10 milyar USD (sekitar 87,5 triliun!) yang diharapkan 80% di antaranya disponsori oleh sektor swasta.

Meskipun sangat mahal, namun mengingat pesawat ini dapat digunakan berkali-kali dengan biaya operasional lebih murah, maka tidak mustahil pesawat ini akan populer beberapa tahun lagi. Menurut Richard Brown, direktur Center for Future Air-Space Transportation Technology di University of Stratchlide, Inggris, pesawat ini merupakan solusi paling efektif baik secara ekonomi maupun teknologi dalam melanjutkan misi umat manusia ke luar angkasa.  Bayangkan saja, saat ini untuk sekali penerbangan pulang pergi ke luar angkasa menggunakan pesawat ulang alik NASA, diperlukan antara 100-700 juta USD. Dengan menggunakan Skylon, pengguna cukup menyediakan dana sekitar 10 juta USD sekali jalan. Lagipula Skylon dapat digunakan sampai lebih dari 200 kali penerbangan.
Untuk masalah dana, rupanya para investor dan peneliti masih cukup optimis. Awal tahun 2011 ini saja Reaction Engine, Ltd telah melayangkan proposal penambahan dana kepada pemerintah Inggris. Sementara itu British National Space Center (semacam NASA-nya Inggris) sudah 2 tahun terakhir ini turut menyeponsori proyek Skylon. Jika pada bulan Juni tahun ini percobaan terbang prototype Skylon lancar, ESA berjanji mengucurkan tambahan dana. Pertanyaannya, dengan rapuhnya ekonomi dunia akhir-akhir ini (seperti krisis keuangan di Amerika, tingginya harga minyak dan emas, serta konflik-konflik regional yang membutuhkan biaya), akankah pesawat ini mendapat prioritas bagi para investor?

Skylon Tampak depan dan samping

Skylon Tampak depan dan samping
Skylon Seperti pesawat biasa | image from reaction engine

Skylon Seperti pesawat biasa | image from reaction engine
Skylon Mesin SABRE Skylon | image from wikipedia

Skylon Mesin SABRE Skylon | image from wikipedia
Skylon | image from cosmos magazine



SUMBER