Kaum muda ASEAN ingin terlibat aktif membuka ruang komunikasi yang lebih luas dan saling berbagi isu serta pengalaman sehari-hari. Mereka berharap opininya bisa didengar oleh pemerintah ASEAN.
Para blogger (seseorang yang aktif menulis di blog internet), menilai komunikasi mereka di dunia maya jauh lebih efektif jika dibandingkan komunikasi lewat media konvensional, seperti surat kabar, radio, dan televisi.
Melalui tulisan-tulisan di blog, Iman Usman, blogger asal Jakarta, Indonesia, mengatakan ia bebas bertukar ide dan pengalaman dengan sesama blogger se-Asia Tenggara, bahkan dunia. Apapun topik yang sedang berkembang di dunia nyata, juga menjadi pembicaraan hangat di dunia maya, ungkap mahasiswa Universitas Indonesia berusia 19 tahun itu.
Bersama Iman, tiga orang blogger asal Thailand, Malaysia, dan Singapura juga ikut menjadi pembicara dalam diskusi bertema “ASEAN’s Digital Landscape”, di Pusat Kebudayaan Amerika atau @Amerika di Jakarta, Minggu siang.
“Puluhan tahun lalu pendekatan lewat pemerintah masih digunakan, tapi sekarang ASEAN ingin mendekatkan masyarakatnya. Itu mustahil dilakukan tanpa kita semua merasa memiliki satu sama lain, dan tanpa saling berinteraksi misalnya antara orang-orang Indonesia dengan Malaysia, atau orang-orang Indonesia dengan orang di Singapura atau Thailand, “ papar Iman Usman.
Saat ditanyakan, apakah mereka setuju jika suara para blogger dipertimbangkan oleh pemerintah, keempat blogger ini memberikan jawaban yang beragam.
Iman Usman menilai pemerintah ASEAN sudah saatnya memberikan ruang demokrasi yang terbuka. Ia mencontohkan topik Prita Mulyasari, yang segera mengundang perhatian komunitas blogger ASEAN mengenai layanan Rumah Sakit swasta di Indonesia, atau kisah Briptu Norman Kamaru; anggota Polisi Brimob Gorontalo yang mendadak terkenal setelah memasukkan video-nya di situs youtube.
Sementara, Marcus van Geyzel asal Malaysia sepakat dengan pemikiran Iman, namun ia yakin pemerintah Malaysia tidak akan melakukannya karena kuatir akan mendorong hura hara.
“Apakah pemimpin di ASEAN harus memberi perhatian pada blogger? Sebagai blogger saya pasti katakan “ya”. Tetapi pemerintah Malaysia tidak mungkin mendukung promosi dalam bentuk apapun atas kegiatan para blogger, karena mereka kuatir apa yang dilakukan media sosial online (internet) akan merusak kredibilitas mereka, “ ujar Marcus van Geyzel.
Geyzel lalu mencontohkan demonstrasi para pengacara mengenai UU Parlemen Malaysia, baru-baru ini. Kejadian itu dipicu oleh tulisan seorang blogger.
Blogger asal Singapura, Zheng ‘william’ Wei, mengatakan ia setuju asalkan para blogger mengangkat topik kaum yang selama ini nasibnya tidak diperhatikan pemerintah; misalnya nasib para petani.
Sedangkan Arthit Suriyawongkul dari Thailand, menilai UU di setiap negara berbeda sehingga akan sulit untuk menyamakan aturan untuk blogger. Belum lagi isu keamanan nasional dan regional yang menjadi keprihatinan utama pemimpin ASEAN.
Melalui tulisan-tulisan di blog, Iman Usman, blogger asal Jakarta, Indonesia, mengatakan ia bebas bertukar ide dan pengalaman dengan sesama blogger se-Asia Tenggara, bahkan dunia. Apapun topik yang sedang berkembang di dunia nyata, juga menjadi pembicaraan hangat di dunia maya, ungkap mahasiswa Universitas Indonesia berusia 19 tahun itu.
Bersama Iman, tiga orang blogger asal Thailand, Malaysia, dan Singapura juga ikut menjadi pembicara dalam diskusi bertema “ASEAN’s Digital Landscape”, di Pusat Kebudayaan Amerika atau @Amerika di Jakarta, Minggu siang.
“Puluhan tahun lalu pendekatan lewat pemerintah masih digunakan, tapi sekarang ASEAN ingin mendekatkan masyarakatnya. Itu mustahil dilakukan tanpa kita semua merasa memiliki satu sama lain, dan tanpa saling berinteraksi misalnya antara orang-orang Indonesia dengan Malaysia, atau orang-orang Indonesia dengan orang di Singapura atau Thailand, “ papar Iman Usman.
Saat ditanyakan, apakah mereka setuju jika suara para blogger dipertimbangkan oleh pemerintah, keempat blogger ini memberikan jawaban yang beragam.
Iman Usman menilai pemerintah ASEAN sudah saatnya memberikan ruang demokrasi yang terbuka. Ia mencontohkan topik Prita Mulyasari, yang segera mengundang perhatian komunitas blogger ASEAN mengenai layanan Rumah Sakit swasta di Indonesia, atau kisah Briptu Norman Kamaru; anggota Polisi Brimob Gorontalo yang mendadak terkenal setelah memasukkan video-nya di situs youtube.
Sementara, Marcus van Geyzel asal Malaysia sepakat dengan pemikiran Iman, namun ia yakin pemerintah Malaysia tidak akan melakukannya karena kuatir akan mendorong hura hara.
“Apakah pemimpin di ASEAN harus memberi perhatian pada blogger? Sebagai blogger saya pasti katakan “ya”. Tetapi pemerintah Malaysia tidak mungkin mendukung promosi dalam bentuk apapun atas kegiatan para blogger, karena mereka kuatir apa yang dilakukan media sosial online (internet) akan merusak kredibilitas mereka, “ ujar Marcus van Geyzel.
Geyzel lalu mencontohkan demonstrasi para pengacara mengenai UU Parlemen Malaysia, baru-baru ini. Kejadian itu dipicu oleh tulisan seorang blogger.
Blogger asal Singapura, Zheng ‘william’ Wei, mengatakan ia setuju asalkan para blogger mengangkat topik kaum yang selama ini nasibnya tidak diperhatikan pemerintah; misalnya nasib para petani.
Sedangkan Arthit Suriyawongkul dari Thailand, menilai UU di setiap negara berbeda sehingga akan sulit untuk menyamakan aturan untuk blogger. Belum lagi isu keamanan nasional dan regional yang menjadi keprihatinan utama pemimpin ASEAN.
SUMBER
0 komentar:
Posting Komentar